I struggle of asking for help

Setiap dari kita pasti mempunyai prinsip-prinsip tertentu dalam hidup. Kerap kali prinsip-prinsip tersebut memberikan gambaran bagi diri kita sendiri dan orang lain tentang bagaimana sesungguhnya kita menjalani hidup.

Saya orang yang susah meminta bantuan orang lain, bagi saya meminta bantuan sama saja merampas waktu orang lain untuk kepentingan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri mereka. Perasaan takut salah, takut dianggap bodoh, takut orang mendengar saya bilang, "Saya tidak tahu," selalu menghantui hari-hari paling mumet yang pernah saya lalui.

Menariknya, saya menjadi mahasiswa hampir dua semester dan melewati hari-hari dengan pola pikir seperti ini. Menyadarinya hari ini membuat saya membayangkan bagaimana sebenarnya saya menjalani hari dan bagaimana teman-teman kampus saya melihat diri saya yang seperti ini.

Saya sempat penasaran bagaimana sih sebenarnya teman-teman di kampus, baik yang memang pernah berbincang langsung maupun baru berbincang lewat chat menilai diri saya. Akhirnya saya bertanya pertanyaan yang sama kepada beberapa orang tentang bagaimana mereka melihat saya sebagai individu di kampus.

Orang pertama, dia bilang saya anak yang selektif untuk diajak bicara tapi terlihat happy terus. Saya tidak mudah diajak bicara dengan orang asing. Dia juga bilang, "Tapi kadang La, lo juga harus bisa nyoba nyapa orang duluan..."

Oke, orang kedua, "Lo di kampus keliatan kayak orang-orang normal aja sih, gak ada yang aneh. Cuma setiap kali gua ngeliat lo, pasti pas lo lagi sendirian,"

Orang ketiga bilang, saya sering sendirian tapi mempunyai teman. Saya terlihat sendirian karena sibuk jadi melakukan banyak hal sendirian, bukan karena individualis. "Karena anaknya mandiri, kalau di luar terlihat nggak butuh temen," yang ketiga ini menarik juga.

Sejak SMP saya sudah mendengar ada yang bilang saya terlihat seperti tidak butuh teman karena saya jarang menyapa orang dan kerap tidak menunjukkan siapa diri saya ke sembarang orang. Tidak bisa dipungkiri hal ini ternyata mempengaruhi banyak hal dalam hidup saya, salah satunya soal meminta bantuan dan mempercayakan orang lain untuk menjadi bagian dari hidup saya.

Walaupun rasanya orang-orang di terdekat menganggap ini hal yang biasa saja, saya rasa tidak untuk saya yang merasakannya. Ini telah membentuk diri saya sebagai pribadi yang angkuh, saya merasakannya. Bagaimana dengan menyakiti orang-orang di sekitar saya?

Karena mulai menyadarinya, beberapa minggu ini saya mulai belajar lebih santai menjalani hari. Saya pelan-pelan melepaskan pikiran-pikiran negatif tentang diri saya sendiri. Mulai berani menghubungi orang duluan jika saya ingin atau butuh sesuatu.

Ternyata saya jadi lebih sering mengucapkan maaf, tolong, dan terima kasih. Tidak seburuk apa yang saya pikirkan.

Sepertinya ini akan menjadi salah satu tulisan yang membuat saya malu untuk merilisnya karena bercerita terlalu jujur tapi tidak apa-apa. Allain de Botton pernah mengatakan, "We are idiots now, we have been idiots in the past, and we will be idiots again in the future and that’s ok."

Karenanya saya sedang dalam proses belajar menerima segala hal dalam hidup pasti akan baik-baik saja, jadi tidak apa-apa untuk tidak mengetahui sesuatu atau mengizinkan orang lain untuk terlibat. Semua akan baik-baik saja. []

0 Komentar