What is... Normal?

Sekarang saya menggunakan huruf jenis Arial ukuran normal, yang ini kecil, kali ini besar, sedang, terkecil, terbesar.

Dalam statistika, normal tidak terfokus pada satu titik data, melainkan beragam data yang membentuk pola. Kemudian dibentuklah rata-rata yang berada di tengah dari semua nilai data.

Tapi saya tidak ingin membahas statistika. Mari bicara tentang perasaan normal atau dianggap normal di dalam kehidupan sehari-hari. Semakin dewasa kerap kita membohongi diri untuk terlihat normal. Ada tembok-tembok yang dibangun pada setiap individu untuk menampilkan sisi yang rasanya dianggap normal, membagun identitas dan kepribadian khusus agar dapat diterima di masyarakat.

Padahal, mengingat kembali saat kelas 2 SD misalnya, anak-anak hanya melakukan apa yang mereka inginkan. Tidak pernah peduli harus bersikap seperti apa supaya dianggap normal karena tidak ada ekspektasi apa pun.

Apa kamu pernah mendengar The Rashomon Effect? Menyatakan bahwa kebenaran itu subjektif. Suatu hal yang sama dapat diinterpretasikan berbeda tergantung dari sudut mana objek tersebut dilihat. Karenanya selalu terdapat ambiguitas dalam objek yang sama.

Jadi, kenapa kita ingin menjadi normal, padahal normal tidak pernah benar-benar ada?

Bagi sebagian orang, act like a normal person adalah cara untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. Namun, saya percaya ada banyak cara lain tanpa memaksakan sesuatu yang sebenarnya bukan diri kita. Mungkin ada sebagian orang yang tidak memiliki kesempatan untuk memilih karena tuntutan pekerjaan atau lainnya, tapi saya percaya teman-teman yang membaca tulisan ini dapat melakukannya.

Saya mengambil 3 poin ini dari buku Simple Steps karya Dr. Arthur Caliandro:

1. Ambillah jalan yang lebih tinggi, berani mengambil keputusan karena keputusan-keputusan kecil sekalipun menentukan bagaimana kualitas hidup kita kedepannya.

2. Belajar menyukai tantangan hidup, dengan melihat masalah sebagai tantangan membatu kita melewati sesuatu dengan kesadaran dan minim rasa takut.

3. Hidup berdasarkan kebenaran, saat kita menyadari segala hal yang kita lakukan mempengaruhi kualitas hidup kita, rasanya hidup dengan jujur menyumbang ketenangan. Mengesampingkan ekspektasi manusia dan membiarkan kita menyusun sendiri cerita hidup versi pribadi.

Seperti dikatakan oleh Maya Angelou, If you are always trying to be normal, you never know how amazing you can be. Untuk itu, poin-poin diatas membantu saya hidup menjadi diri sendiri dan sadar akan batasan pribadi. []

0 Komentar