Do I feel lonely at university?

Saya suka melakukan banyak hal sendirian. Namun, terkadang saya mempertanyakan, apakah saya menyukainya atau karena terlanjur nyaman dan malah menutup diri?

Ada yang mengganjal di antara rasa ingin membuka diri untuk berteman sebanyak-banyaknya dan memilih untuk menjalani hari-hari sendirian karena belum menemukan seorang atau kelompok orang yang saya inginkan di perkuliahan.

Sejak sekolah menengah pertama (SMP), saya mulai menyadari bahwa saya anak yang tidak friendly, jutek, pendiam (kalau belum kenal dekat) hahaha. Walaupun rasanya tidak menjadi yang paling pendiam atau dapat dikatakan 'masih terlihat' di kelas. Saya hanya, butuh waktu lebih lama untuk bisa nyaman dan leluasa di tempat yang sama sekali baru. 

Ternyata lama-kelamaan saya mulai merasa kesepian, bahkan saat saya sudah memiliki banyak teman di kelas. Saya tidak pernah merasa utuh saat bersosialisasi. Mungkin ini karena saya belum merasa menemukan pertemanan yang ideal menurut saya. 

Satu hal yang kemudian menyadarkan saya, ketika mendapat kesempatan berbincang dengan salah satu mahasiswa jurusan Psikologi. Setelah mendengar keresahan saya dia mengatakan, "Kalau nggak bisa menerima orangnya, kalau memang dia nggak sesuai dengan jalan pikiranmu, setidaknya lihat dia sebagai manusia."

Benar rupanya, manusia adalah tempatnya ketidaksempurnaan. Saya dan orang-orang di sekitar saya hanyalah manusia biasa yang tidak bisa memenuhi keinginan semua orang disekitarnya. Hal-hal seperti perasaan tidak cocok, aneh, atau spesifik tidak memiliki minat yang sama, perasaan itu dapat divalidasi. Namun, bukan berarti saya harus menutup diri alih-alih membuka diri bertemu banyak orang untuk menemukan apa yang saya inginkan.

Bagaimana akhirnya saya mengatasi hal ini? 

Akhirnya, saya mencoba memandang segala hal sebagai sesuatu yang biasa saja. Segala hal bersifat netral tergantung bagaimana kita menerjemahkannya. Di lingkungan perkuliahan atau apa pun, sayalah yang berhak memilih dan memutuskan akan menjalani hari seperti apa. Apakah pergi ke perpustakaan, membaca buku, main, atau kuliah-pulang. Saya pun yang berhak memilih dengan siapa saya bicara, menjadi diam atau bersuara, dan itu semua adalah hal yang biasa saja.

Sama halnya menjadi yang pertama memulai percakapan. Bahkan ketika ada perasaan tidak cocok, ini adalah tantangan yang dapat dilihat dari sudut pandang yang positif. Memungkinkan saya untuk mendapatkan pelajaran tentang kompleksitas yang ada dalam diri manusia. Begitu juga pelajaran tentang hidup dan perspektif yang berbeda pada setiap orang yang saya temui. Hidup tidak akan sempurna setiap harinya, orang-orang di sekitar tidak akan hadir setiap harinya, dan itu adalah hal yang biasa saja. []

0 Komentar