![]() |
Expo Perpustakaan Unila 2022 (Pagelaran Wayang Sekelik) |
Tiktok merupakan platform yang berfokus pada video-video dengan durasi singkat. Namun, saat ini telah dilakukan inovasi yang memungkinkan penggunanya membuat konten dalam durasi maksimal 10 menit. Durasi yang bertambah tentunya akan membuat pengguna platform lain dengan durasi yang lebih panjang, seperti Youtube melirik aplikasi ini sebagai tambahan media bagi konten kreator untuk menghasilkan karya. Per Januari 2020 pengguna Tiktok telah mencapai 800 juta, sedangkan dari jumlah populasi sekitar 668 juta jiwa di Asia Tenggara, aplikasi ini telah diunduh sebanyak 360 juta kali. Data ini menunjukkan bahwa Tiktok sangat popular, khususnya di kalangan generasi Z, juga berpotensi menjadi media kreatif yang mampu menciptakan ruang bagi perkembangan kebudayaan dan kolaborasi antar negara di Asia Tenggara.
Tiktok telah menjadi media untuk mengekspresikan diri, tetapi platform ini bisa dibilang tidak ramah bagi anak-anak. Terdapat banyak sekali konten yang berbau hedonisme, vulgar, dan sarkas. Namun, banyak juga penggunanya yang menggunakan platform ini dengan sepantasnya, seperti menjadikan Tiktok sebagai media edukasi, penyaluran minat dan bakat, serta berkolaborasi dengan sesama konten kreator.
Di Indonesia, konten kreator yang menggunakan Tiktok sebagai media pelestarian, pengembangan budayaan, juga penyalur hobi, diantaranya adalah Jharna Bhagwani (@jharnabhagwani) dengan konten makeup dan busana, Jona Tanama (@jonatanama) dengan konten seni tari, Fiersa Besari (@fiersabesari) seorang penulis yang suka berkelana dengan konten wisata Indonesia, Eva Alicia (aliciaeva9), dan masih banyak lagi konten kreator muda yang membagikan minat, bakat, hobi, dan ketertarikannya dengan Indonesia lewat konten-konten yang diunggah di Tiktok.
Generasi Z atau yang biasa dikenal dengan Gen Z, merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun 1996 sampai dengan 2009. Saat ini Gen Z menempati usia 13 sampai 26 tahun, yang artinya merupakan remaja dan dewasa muda yang baru dan masih aktif menggunakan sosial media. Generasi Z dikenal sebagai generasi yang menyukai kebebasan dan paling dekat dengan teknologi, karena itulah potensi kreatif Nusantara seharusnya bisa berkembang di tangan Generasi Z.
Namun, hal ini tidak bisa terjadi begitu saja mengingat banyak sekali konten di platform Tiktok yang tidak sepantasnya. Untuk membagun ekosistem digital yang baik, diperlukannya dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat juga bisa turut serta dalam hal ini, seperti mengadakan event-event budaya antar konten kreator Tiktok se-Asia Tenggara, membuat pemilihan konten kreator berbakat se-Indonesia, dan kompetisi lainnya untuk konten kreator Tiktok. Hal ini bisa menjadi perangsang untuk Generasi Z menciptakan konten-konten yang bernilai, karena ada penghargaan yang bisa didapatkan. Dengan demikian, harapannya konten-konten yang tidak sepantasnya perlahan bergeser, semakin sedikit, dan tidak lagi terlihat. Jika dilakukan terus-menerus, ini akan menciptakan sosial media yang sehat.
Dukungan kepada konten kreator sangat bermanfaat. Selain menjadikan sosial media yang sehat, hal ini juga bisa menjadi salah satu upaya mempertahankan kelestarian budaya dan menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang mampu beradaptasi dengan teknologi. Tidak bisa dimungkiri bahwa pandemi Covid-19 juga berdampak pada para seninam di Indonesia. Ada banyak seniman di Indonesia yang kehilangan panggung, menjadikan para seniman perlahan beradaptasi ke media digital, dan menjadikan teknologi sebagai ruang aman dan berdaya bagi para seniman di Nusantara.
Dalam perkembangannya, event budaya antar konten kreator se-Asia Tenggara bisa membukakan kesempatan untuk negara-negara di Asia Tenggara mengenal lebih jauh kebudayaan satu sama lain. Mengingat sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Filipina, Singapura, Brunei, Timor Leste, dan Malaysia adalah Kepulauan Melayu yang berasal dari iduk yang sama, yaitu Ras Melayu, yang kini di Indonesia disebut sebagai Suku Melayu. Kemiripan budaya yang dimiliki tentunya bisa dimanfaatkan menjadi jembatan kolaborasi antar negara menggunakan berbagai macam media, salah satunya media digital yang menjadi perhatian dalam tulisan ini, yaitu aplikasi Tiktok.
Pada akhirnya yang kita perlukan adalah gotong royong. Gotong-royong merupakan salah satu nilai yang tertanam pada bangsa Indonesia sejak dahulu, tidak ada hal yang bisa dikerjakan dengan efektif jika tidak adanya gotong-royong atau kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dibutuhkannya kerja sama dari pemerintah dalam hal pembiayaan, penyalur kerja sama antar negara, juga pendampingan bagi konten kreator. Tidak kalah penting kerja sama dari berbagai pihak lain, seperti swasta, komunitas-komunitas Tiktok, dan masyarakat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Apabila kegiatan ini terlaksana dengan baik, Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain di dunia dalam hal inovasi pelestarian budaya dan bakat oleh generasi muda, dan Tiktok menjadi platform yang sehat untuk dikonsumsi oleh segala usia. Jika dilakukan Bersama-sama, selalu ada harapan untuk menciptakan generasi muda, seniman muda Indonesia yang berdaya dan mendunia. []
0 Komentar